Murid Teladan
Hari Senin pagi yang sangat cerah, setelah
melaksanakan kegiatan upacara bendera yang rutin dilakukan oleh seluruh warga
sekolah, para siswa memasuki kelas mereka masing-masing. Di hari Senin ini,ada
beberapa pelajaran yang diikuti siswa diantaranya adalah Matematika Wajib,
Sejarah Indonesia, dan Seni Budaya.
Irninditya Nayottama atau biasa
dipanggil Nayo oleh teman-temannya, salah satu siswi SMAN 2 Tangerang Selatan
kelas XI MIPA A. Dia sangat terlihat rajin dalam mengerjakan segala macam tugas
yang diberikan oleh para guru. Dia juga sangat rajin belajar
pelajaran-pelajaran yang akan diajarkan pada keesokkan hari, sangat berbanding
terbalik dengan teman-temannya.
Hari Senin ini kelas XI MIPA A sedang belajar
Matematika Wajib. Ibu guru tidak memberikan materi baru hari ini, tetapi
murid-murid diberikan tugas untuk mengerjakan soal-soal dari buku paket halaman
115 sampai halaman 118. Setelah ibu guru membagikan kertas latihan, para siswa
sibuk mengerjakan tugas tersebut, suasana kelaspun sangat terasa hening karena
tidak ada yang berbicara sepatah katapun, nampaknya para murid antusias
mengerjakan latihan soal yang diberikan. Semangat nya tetap ada meskipun
sebelumnya telah melaksanakan upacara bendera.
“Anak-anak, jangan lupa untuk rajin belajar, dan
selalu mengulang-ulang pelajaran, terutama soal-soal cerita, karena
sewaktu-waktu Ibu dapat mengadakan ulangan harian atau kuis tanpa
pembertitahuan terlebih dahulu untuk menguji kemampuan kalian” kata ibu guru
dengan ramah.
“Baik, Bu!” anak-anak pun tetap menjawab dengan
serempak.
Setelah itu, kegiatan istirahat berlangsung, disaat
orang-orang pergi ke kantin untuk makan siang atau sekedar untuk bercengkerama
dengan teman-temannya, Nayo hanya berada di kelas, dia selalu membaca buku-buku
pelajaran disaat kegiatan istirahat berlangsung.
Kegiatan itu yang selalu dia lakukan setiap hari
yaitu belajar, belajar dan belajar. Di rumah juga seperti itu, dia selalu
terlihat dengan buku-buku pelajarannya dimanapun Ia berada.
Saat jam pelajaran telah selesai, para siswa dan
siswi bergegas untuk pulang kerumah mereka masing-masing, begitupula dengan
Nayo. Dia selalu mencoba melakukan sesuatu dengan teratur dan terarah
kedepannya seperti apa.
Saat di rumah, mama Nayo selalu siap dengan berbagai
macam pertanyaan mengenai pelajaran yang berlangsung pada hari tersebut.
“Nay, gimana tadi sekolah kamu, ada
ulangan nggak?, ada hasil ulangan yang dibagikan nggak? kalau ada pada dapat
berapa?” kata mama Nayo.
“Belum pada dibagikan Ma hasil ulangan-ulangan
minggu lalu.” kata Nayo.
“Oh ya udah, kamu ke kamar aja sana, belajar buat
mata pelajaran besok, besok ada Fisika kan? Kamu perbanyak latihan-latihan soal
dari buku ya, seperti biasa ya nanti jam 6 sore mama mengecek ke kamar kamu ya,
udah dapat berapa soal kamu ngerjainnya” ujar mama Nayo.
“Oke ma.” balas Nayo dengan sedikit malas
Nayo pun pergi ke kamarnya untuk
mengganti seragam terlebih dahulu, lalu dia langsung pergi ke meja belajarnya
untuk belajar pelajaran yang besok akan dipelajari yaitu Fisika. Dia menonton
video dari YouTube terlebih dahulu
untuk membantu dia mengerti konsep-konsep dalam pelajaran tersebut. Tiba-tiba
dia teringat belum mengerjakan pekerjaan rumah pada mata pelajaran Matematika
Peminatan untuk besok.
“Ya ampun, aku lupa belum mengerjakan pekerjaan
rumah pelajaran Matematika 10 soal untuk besok.” kata Nayo
Nayo pun mengerjakan soal-soal
Matematika tersebut, hingga dia tidak sadar waktu sudah menunjukkan pukul 6
sore, dan dia belum melakukan latihan-latihan soal Fisika untuk persiapan
pelajaran besok. Tiba-tiba pintu terbuka menampilkan mama Nayo.
“Nay, gimana Fisika nya udah dapat berapa soal?,
udah 3 jam loh sejak kamu pulang sekolah, pasti udah dapat banyakkan?.” kata
mama Nayo
“Belum dapat Ma, aku belum sempat mengerjakan
soal-soal Fisika.” kata Nayo
“Bagaimana bisa sih, masa belum sempat mengerjakan
satu soalpun, kamu daritadi ngapain aja sih? main handphone ya?, semakin kesini kamu semakin malas ya Nayo, Kamu tuh
udah kelas sebelas Nay, bentar lagi kelas dua belas, masa kamu malas-malasan
terus kayak gini sih, gimana mau sukses kalau kamunya aja begini.” ujar mama
Nayo sambil marah-marah
“Tapi aku tadi sudah sempat belajar fisika sedikit
Ma, aku tadi mengerjakan pekerjaan rumah Matematika untuk besok, lagipula aku
nggak main handphone kok, aku beneran
belajar mama.” kata Nayo dengan memberi argumennya.
“Aduh banyak alasan aja ya kamu mah!, emangnya
kemarin-kemarin kemana aja? masa sekarang baru sempat mengerjakan pekerjaan
rumah buat besok, keliatan banget ya kamu sifat malasnya Nay, kalau begini
caranya besok mama minta jadwal les privat kamu ditambah aja deh, biar kamu
jadi ga malas-malasan kayak gini nih.” ujar mama Nayo yang tersulut emosi
“Jangan Ma, aku janji deh bakal belajar lebih giat
lagi, lagian aku sudah les privat 5 kali dalam seminggu, apakah itu kurang
banyak dan kurang lama menurut mama? itu sudah banyak banget Ma, jangan
ditambah-tambah lagi tolong.” kata Nayo memelas.
“Ya udah, kali ini mama maafkan, awas aja ya kalo
kamu tiba-tiba ketahuan seperti tadi lagi, mama pasti akan tambah jam belajar
kamu, jangan main-main kalo sama mama ya Nay, nanti kamu akan tahu sendiri
akibatnya kalau sampai main-main dengan ucapan mama ya.” kata mama Nayo
menasihati.
“Iya Ma, aku berusaha untuk lebih tepat waktu lagi
kedepannya, maafin Nayo ya Ma udah buat mama kesal akibat lupa mengerjakan
pekerjaan rumah Matematika Peminatan tadi.” ujar Nayo.
“Iya, yaudah sana kamu mandi aja, udah mau maghrib
nih.” ujar mama Nayo
“Oke Ma.” balas Nayo
Lalu Nayo segera bergegas untuk
mandi dan setelah itu melaksanakan ibadah sholat maghrib di kamarnya. Setelah
melaksanakan ibadah, Nayo melanjutkan belajar Fisika, dia terus-terus belajar
selama berjam-jam dari jam 7 malam sampai jam 11 malam.
Pukul 4 pagi hari dikemudian hari, Nayo dibangunkan
oleh mama nya untuk mandi dan bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Setelah
bersiap-siap mereka melakukan sarapan bersama-sama, lalu berangkat ke sekolah
pagi-pagi agar tidak terlambat.
Saat di sekolah, Nayo langsung duduk ditempat
duduknya, lalu membuka buku untuk belajar, tiba-tiba teman Nayo datang ke arah
Nayo dan duduk disebelah kursi Nayo.
“Nay, kok kamu bisa sih nilai-nilai kamu selalu
diatas KKM? padahal murid-murid lain pada ikut remedial, tapi kamu doang yang
lolos, rahasianya apa sih biar bisa kayak gitu? Aku iri tau kalo ngelihat kamu
nilai-nilainya bagus terus dan selalu jadi bintang kelas.” tanya Liora
penasaran.
“Hahaha, nilai aku biasa-biasa aja kok, masih banyak
juga yang jelek nilai-nilaiku, kamu berlebihan deh” ucap Nayo sambil tertawa.
“Aduh kamu merendah banget ya Nay, nilai aku kalo
dibandingin sama nilai kamu bagaikan langit dan bumi tau” ujar Liora sedih.
“Nilai aku segitu masih dianggap biasa aja tau sama
mamaku, lagian aku juga anaknya pemalas, nggak rajin seperti yang kamu
bayangkan kok.” ucap Nayo sedih.
Liorapun merasa bingung, karena menurutnya
nilai-nilai Nayo termasuk sudah tinggi di kelas dan dia sangat terlihat rajin
dibandingkan dengan teman-teman kelasnya.
“Bukannya nilai kamu tinggi-tinggi banget ya Nay?
masa nilai segitu dianggap kurang, itu udah bagus banget tau.” ucap Liora
terheran dan tidak percaya dengan ucapan Nayo.
“Bagi mamaku apa yang aku lakukan selalu terlihat
kurang, aku kadang bingung sendiri, sampai-sampai lelah kalau mengikuti keinginan
mamaku terus, aku gatau harus gimana lagi Liora, aku lama-lama bisa gila kalau
hidup dibuntuti oleh keinginan mamaku terus.” kata Nayo sedih.
“Coba kamu bicara pelan-pelan dengan mamamu,
barangkali dia nganggap selama ini kamu kuat menghadapi itu semua, jadi dia
mikir kamu enjoy melakukan itu semua padahal mah tidak.” ucap Liora
mencoba untuk memberikan saran.
"Tapi mamaku itu sangat keras kepala, dia
berpikir semua orang harus mengikuti apa yang dia mau, dia sangat egois,
kadang-kadang aku sampai berpikir bahwa aku hanya binatang nya yang bisa dia
perlakukan seenaknya, aku tidak terlihat seperti anaknya, setiap hari aku hanya
disuruh belajar, belajar dan belajar sampai-sampai waktu istirahatku sangat
sebentar, bahkan tidurpun aku menjadi tidak nyenyak." ucap Nayo sedih.
Liora menjadi bingung, karena hal seperti itu sulit
untuk diselesaikan, kecuali jika mama Nayo sendiri merubah sifatnya dan
menurunkan sedikit saja egonya.
“Ya, udah. Kamu coba pelan-pelan aja bicara kepada
mama kamu, bahwa selama ini kamu tertekan dengan kehidupan yang selama ini kamu
jalani.” ucap Liora
“Iya” kata Nayo
“Kamu yang kuat ya selama menghadapi mamamu, selalu
mencoba berpikir positif, bahwa apa yang dia lakukan selama ini baik untuk kamu
kedepannya, jangan berpikir negatif karena itu membuat respon kamu menjadi
negatif juga.” ujar Liora menasihati
“Iya, aku akan berusaha” jawab Nayo pelan dan
mencoba untuk meyakinkan dirinya sendiri.
“Oh iya, kalau aku mau belajar bareng sama kamu
boleh nggak? barangkali aku ketularan pintar dari kamu gitu Nay hahaha. Itu pun
kalau kamu mengizinkan sih.” kata Liora bertanya dengan riang.
“Hahahaha, bisa aja kamu Li, boleh dong masa
gaboleh, pulang sekolah ini aja gimana jam 5 sore?” jawab Nayo.
“Boleh tuh, aku hari ini free kok bisa sampai jam berapa aja.” ucap Liora senang.
“Ya udah, nanti aku share location aja ya ke kamu pas udah sampai dirumah, biar kamu gampang carinya juga.”
jawab Nayo sambil memberikan saran.
“ Oke deh.” Ucap Liora singkat.
Hari itu kegiatan belajar mengajar
di sekolah berjalan dengan sangat lancar, tanpa ada kendala apapun. Dan setelah
berdoa, selesai pelajaran, murid-murid pun segera pulang menuju rumah mereka
masing-masing.
Saat Nayo sampai dirumah, Ia
memberitahu mamanya bahwa temannya, Liora akan berkunjung kerumahnya untuk
melakukan belajar bersama.
“Ma, Liora mau datang kesini jam 5
sore, Aku sama dia mau belajar bareng, biar kita bisa saling tukar pikiran
juga.” kata Nayo.
“Oh, ya udah gapapa kok, tapi
beneran belajar ya, jangan buang-buang waktumu untuk mengobrolkan hal-hal yang
tidak penting.” jawab mama Nayo memperingati.
“Iya Ma, aku akan belajar dengan
benar dan rajin demi masa depanku dan demi mama.” jawab Nayo.
“Oke mama tunggu hasil-hasilnya.”
Ucap mama Nayo.
Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore,
Liora pun datang tepat waktu, Ia membawa berbagai macam buku mata pelajaran
yang sudah dijanjikan antara dia dan Nayo.
“Hai Nayo, ayo belajar, aku udah
gasabar belajar sama kamu hahaha.” Ucap Liora mengawali percakapan.
“Ayo-ayo, kita diruang tamu aja ya
biar lebih terbuka aja dan lebih leluasa gitu.” Jawab Nayo.
“Hahaha, iya Aku di mana aja mau
kok, asalkan yang ngajarin kamu.” kata Liora sambil bercanda.
Nayo dan Liora pun belajar dengan
serius, mereka membahas soal-soal yang sulit dari mata pelajaran Matematika,
Fisika, dan Kimia. Diskusi dari belajar bersama ini membawa berbagai dampak
positif bagi Nayo, karena Ia menjadi lebih dekat dengan temannya, Liora.
Setelah mereka selesai belajar bersama, Nayo dan
Liora pun bercanda mengenai hal-hal lucu yang terjadi di sekolah. Pada saat
mereka sedang asyik tertawa bersama tiba-tiba mama Nayo datang secara
tiba-tiba.
“Loh, tadi katanya belajar bersama, kok malah pada
ketawa-ketawa sih” ucap mama Nayo marah.
“Kita sudah selesai belajarnya tante, ini lagi
ngobrol-ngobrol aja” jawab Liora.
“Aduhh, kalo belajar mah belajar aja sayang, gausah
pake ketawa-ketawa, itu nanti ilmunya gamasuk loh, kalo kebanyakan bercanda
doang.”kata mama Nayo malas.
“Ya, tapi ma, kita kan belajar nya sudah selesai, ya
istirahat dulu lah sejenak, biar gak terlalu pusing juga liat soal-soal terus.”
Jawab Nayo memberikan argumennya.
“Ya ampun, anak jaman sekarang mah, cari alasan
terus ya kalau dikasih tau orangtua yang benarnya sepertia apa, gimana mau
maju, pantesan banyak orang-orang yang gak sukses, kalau anak mudanya aja lebih
banyak bermain daripada belajarnya.” ucap mama Nayo marah sambil memberikan
pendapatnya secara panjang.
“Ya, tapi kan Ma.” Nayo berusaha membalas kalimat
mamanya tapi tiba-tiba dipotong oleh mamanya.
“Ahh, gausah banyak tapi-tapian, dikasih tau
orangtua yang bener susah banget sih jadi anak, mama tuh lebih banyak
pengalamannya daripada kamu yang masih kecil tau gak sih!.” potong mama Nayo
tiba-tiba sambil terus marah-marah dan tidak mau mengalah.
“Ya udah
lah, terserah mama aja, apa yang dilakuin Nayo perasaan salah mulu.” jawab Nayo
mengalah dari mamanya agar perdebatan tersebut menjadi cepat terselesaikan.
“Ya udah deh tante, Aku pamit aja, udah malam juga
soalnya, gaenak disini kelamaan, takut ngerepotin juga, maaf ya tante aku jadi
bikin tante sama Nayo berantem, terima kasih banyak ya tante udah mengizinkan
aku untuk belajar bersama Nayo.” ujar Liora berusaha untuk mengerti keadaan
antara Nayo dan mamanya yang sedang tidak baik.
“Aku pamit ya Nay, makasih udah ngajarin aku banyak
hal tentang materi-materi pelajaran yang aku gangerti, maaf ngerepotin juga ya,
see you tomorrow Nayo.” ucap Liora.
“Iya, makasih juga ya sampai repot-repot datang
kerumahku, maaf juga mamaku marah-marah kayak tadi, dia emang emosian dan keras
kepala orangnya.” Jawab Nayo berusaha memberi pengertian kepada Liora tentang
mamanya.
“Iya gapapa, santai aja.” Ucap Liora mengerti
keadaan.
Setelah Liora pulang, Nayo langsung
masuk ke kamar, karena dia masih kesal dengan perilaku mamanya yang sangat
tidak sopan kepada Liora, padahal Liora tidak memiliki salah apapun, tapi
mamanya terus menyudutkan Liora, seakan-akan yang mereka lakukan tidak berguna.
Setelah masuk kamar, Ia langsung
mempersiapkan buku-buku pelajaran yang akan diajarkan besok, setelah itu ia
makan malam, lalu Ia masuk kamar dan tertidur, karena merasa kelelahan dengan
aktivitas-aktivitas yang dia lakukan hari ini.
Besoknya, saat sampai di sekolah,
Nayo langsung duduk, tiba-tiba Ia teringat bahwa Ia lupa membawa file UKBM Biologinya, padahal file tersebut harus dikumpulkan hari
ini, Nayo pun sangat panik karena mata pelajaran Biologi adalah mata pelajaran
pertama, sedangkan jika Ia meminta untuk diambilkan file Biologi itu waktunya tidak akan cukup.
Tiba-tiba waktu bel masuk berbunyi
dan Nayo hanya pasrah terhadap nasibnya selanjutnya, karena guru Biologi dia
terkenal galak dan tidak mau menerima alasan dari murid-murid apabila lupa
membawa tugas sekolah atau sebagainya.
Saat guru tersebut masuk, Ibu guru
langsung menagih UKBM tersebut, lalu Ibu guru tersebut berbicara
“Bagi yang tidak mengumpulkan file UKBM sekarang, maka akan Ibu
laporkan ke orangtua kalian masing-masing dan nilai kalian akan Ibu kosongkan
dibagian keterampilan, seperti biasa Ibu tidak menerima berbagai macam alasan
dari kalian ya, terima kasih.” ucap guru Biologi Nayo tegas dan tidak ada
bantahan.
Saat mata pelajaran Biologi
berakhir, Nayo mendatangi Liora dan dia panik, karena Ia tidak mengumpulkan
tugas tersebut tepat waktu ditambah yang tidak mengumpulkan dilaporkan ke
orangtua masing-masing membuat Nayo sangat panik.
“Duh, gimana nih Liora, aku pasti
kena omelan dari mamaku, karena aku lupa membawa tugas Biologi ini, aduh aku
takut banget Liora.” ucap Nayo dengan suara bergetar seperti menahan tangisnya.
“Gapapa, coba kamu bicara
pelan-pelan sama mamamu” jawab Liora menenangkan.
Setelah berbagai macam pelajaran,
sekolahpun selesai, Nayo pun langsung pulang kerumahnya. Dan dia disambut
dengan mamanya yang sudah berdiri di depan pintu.
“Ya bagus Nayo, gimana bisa kamu
kelupaan tugasmu, mau jadi apa kamu tugas aja kelupaan, nilai kamu bakal jadi
jelek banget gara-gara ini, mau masuk universitas mana kamu dengan nilai-nilai
kamu yang rendah begitu. Kalau universitas aja dapat yang jelek maka masa depan
kamu bakal buruk.” kata mama Nayo marah.
“Kamu tuh jadi anak jangan bodoh dong Nay, mama
sampai lelah ngomongin kesalahan-kesalahan kamu yang banyak banget itu, seperti
nggak ada habis-habisnya.” lanjut mama Nayo masih marah-marah.
Nayo hanya diam saja saat dia
dimarahi oleh mamanya, dia merasa sudah sangat lelah dengan apa yang telah dia
lakukan selama ini, dia merasa apa yang dia lakukan selalu kurang didepan
mamanya, padahal Ia sudah mengeluarkan seluruh usaha yang dapat dia lakukan,
tetapi semua itu tidak dihargai usahanya oleh mamanya.
Nayo sudah muak dengan omelan-omelan mamanya tentang
berbagai macam hal selama 16 tahun dia hidup, mamanya selalu menuntut Nayo
untuk mendapat nilai tinggi dan berprestasi, mengatur semua hal yang akan
dilakukan Nayo.
Setelah kejadian itu, Nayo dan
mamanya makan malam bersama, lalu Nayo segera balik ke kamar, dia lebih memilih
sendirian di kamar dibandingkan diluar kamar tetapi mendengarkan berbagai macam
omelan mamanya yang sudah sangat Ia hapal itu.
Besok paginya, mama Nayo ditemukan
meninggal seperti dibunuh oleh seseorang, mamanya terlihat seperti diracuni
oleh seseorang. Ya pelakunya tentu saja adalah Nayo.